Home > KITABUL JAMI' > HADITS 126 | Dua Kalimat Yang Paling Dicintai Allah

HADITS 126 | Dua Kalimat Yang Paling Dicintai Allah

Hadits-126-Dua-kalimat-yang-paling-dicintai-Allah-Shahih

Terjemahan: Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Ada dua kalimat yang disukai oleh Allah Yang Maha pemurah, ringan bagi lisan, dan berat dalam timbangan amal kelak, yaitu : Subhanallah wa bi hamdihi, Subhanallahi al ‘azhim. (Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya, dan Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Footnote:

(Shahih) HR. al Bukhari no. 6406 dan Muslim no. 2694.


Tentang Author

Mukhlasin adalah PR dan Editor kitabuljami.wordpress.com, sebuah weblog yang di dedikasikan untuk para muslim & muslimah, sebagai salah satu upaya agar kaum muslimin dan muslimat, bisa selalu mewujudkan keislamannya dalam amal perbuatan sehari-hari. Anda bisa follow beliau melalui twitter di @kitabuljami

  1. 10/01/2013 at 09:07

    6406. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru bin Yahya Al Mazini dari ayahnya dari Abu Sa’id Al Khudzri mengatakan, seorang laki-laki yahudi mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu wajahnya telah ditempeleng, ia berujar; ‘Hai Muhammad, salah seorang sahabatmu dari Anshar telah menempeleng wajahku.’ Nabi bersabda; “panggil dia!” Lantas para sahabat memanggilnya, dan Nabi bertanya: “Mengapa kau tempeleng wajahnya?” dia menjawab; ‘ya Rasulullah, aku melewati orang-orang yahudi, lalu aku mendengar dia mengatakan; ‘Demi Dzat yang memilih Musa diatas semua manusia.’ Saya berujar; ‘Dan diatas Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam.’ Maka pada saat itu aku terbawa amarah, sehingga aku menempelengnya.’ Nabi terus bersabda: “Jangan kalian memilih-memilih aku diantara para nabi, sebab padahari kiamat nanti manusia pingsan, dan aku yang pertamatama sadarkan diri, namun ternyata Musa telah memegang penyangga arsy, saya tidak tahu, apakah dia siuman sebelumku ataukah ia telah memperoleh pembalasan dari kepingsanannya di bukit Tursina.”

    (Mohon Pencerahan, saya berapa kali melakukan pengecekan artikel via browsing di internet, dan beberapa hadits yang di cantumkan kok antara nomor dengan isinya berbeda ? sebagai contoh hadits Bukhari No 4006 di buku yang saya baca isinya adalah Bab: Muslim menempeleng yahudi ketika marah) dan ini terjadi tidak hanya ini saja ???

    • 12/01/2013 at 02:02

      Terima kasih telah berkunjung…
      kami sangat senang dengan pertanyaan Anda 🙂
      jika boleh tahu kitab/buku apa yang telah Anda baca.

      Dalam ilmu hadist ada dua metode penomoran:

      1. Metode Penomoran al-Alamiyah

      Perujukan hadits berdasarkan sanad hadits. Setiap sanad dihitung satu hadits.

      2. Metode Penomoran Abdul Baqi

      Perujukan hadits berdasarkan penomoran yang diberikan oleh Abdul Baqi ketika mentahqiq (memeriksa, mengoreksi, menyunting, menomori hadits). Penomoran beliau berdasarkan hadits yang serupa. Ia menghitung setiap hadits yang serupa sebagai satu hadits. Penomoran beliau banyak digunakan dalam penulisan kitab, buku, dan artikel keislaman.

      Perbedaan penomoran menjadikan perbedaan perhitungan jumlah hadits. Perbedaan ini timbul karena penomoran al-Alamiyah menghitung setiap sanad hadits sebagai satu hadits; sedangkan penomoran Abdul Baqi menghitung setiap hadits yang serupa sebagai satu hadits, walaupun hadits tersebut mempunyai beberapa sanad. Oleh sebab itu, jumlah hadits menurut penomoran al-Alamiyah menjadi lebih banyak daripada menurut Abdul Baqi.

      Proses penomoran hadits ini disebut tarqim. Tarqim Shahih Bukhary yang lazim digunakan adalah penomoran oleh Abdul Baqi.

      Perlu diketahui kenyataan saat ini, metode penomoran yang digunakan pada kitab-kitab hadits tidaklah seragam. Perbedaan metode penomoran yang dipilih selain mempengaruhi nomor hadits juga dapat mempengaruhi jumlah hadits pada suatu kitab.

      Memang penomoran hadits atau nomor halaman tidak bisa jadi pegangan yang akurat untuk melacak ke sumber kitab yang dijadikan rujukan. Karena bisa saja beda pentahqiq-nya atau beda penerbitnya maka beda penomoran hadits dan beda nomor halamannya.

      Yang lebih akurat adalah dengan meruju’ pada judul Bab nya.

      sebagai tambahan awalnya hadits bukhari muslim tidak memiliki nomor kemudian ulama memberinya nomor untuk mempermudah meng-indeks hadist tersebut

      semoga Bermanfaat….

  2. 16/02/2013 at 15:28

    Wah harus diamalkan nih 😀

  1. No trackbacks yet.

Kirim Komentar